Selasa, 05 November 2013

IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM


IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM



1.      Konsep IPTEK dan seni dalam Islam                   
a)   Definisi IPTEK
IPTEK adalah singkatan dari Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni. Menurut filsafat ilmu, ilmu dan pengetahuan memiliki makna yang berbeda. Ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasikan, disistematisasi, dan dapat diinterpretasikan  sehingga menghasilkan kebenaran objektif dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Dan pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui panca indra, intuisi, pengalaman, maupun firasat. (Muhibbin dkk, Pendidikan Agama Islam Membangun Karakter Madani: Muhibbin)
Sedangkan definisi teknologi adalah produk ilmu pengetahuan. Teknologi sendiri menjadi bagian dari kebudayaan dan peradaban (culture of civilitation).

b)        Definisi Seni
Sementara itu, Seni dalam teori ekspresi, dikatakan sebagai Art is an expression of human feeling, yaitu suatu pengungkapan perasaan manusia. (Muhibbin dkk, Pendidikan Agama Islam Membangun Karakter Madani: Muhibbin)
Seni merupakan ekspresi jiwa seseorang yang kemudian berkembang menjadi bagian dari budaya manusia. Seni identik dengan keindahan, sedangkan keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran. Keduanya memiliki kesamaan yaitu keabadian. Menurut Sabda Nabi, “Innallaha jamilun wa yuhibbul Jamaal”, Allah itu indah dan menyukai keindahan. (http://rendhyfrastyo.wordpress.com/2011/12/06/ilmu-pengetahuan-teknologi-dan-seni-dalam-islam)
Islam sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan, sangat mendorong dan mementingkan umatnya untuk mempelajari, mengamati, memahami dan merenungkan segala kejadian di alam semesta. Dengan kata lain Islam sangat mementingkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berbeda dengan pandangan Barat yang melandasi pengembangan IPTEKnya hanya untuk mementingkan duniawi, maka Islam mementingkan penguasaan IPTEK untuk menjadi sarana ibadah atau pengabdian Muslim kepada Allah SWT dan mengembang amanat Khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka bumi untuk berkhidmat kepada manusia dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam. Ada lebih dari 800 ayat dalam Al-Quran  yang mementingkan proses perenungan, pemikiran, dan pengamatan tehadap berbagai gejala alam, untuk di tafakuri dan menjadi bahan dzikir kepada Allah.

c)         Sumber Ilmu Pengetahuan
Dalam pemikiran Islam ada dua sumber ilmu, yang pertama ilmu yang bersumber dari wahyu Allah yang bersifat abadi (parennial knowledge) dan tingkat kebenaran mutlak (absolute). Yang kedua adalah ilmu yang bersumber dari akal pikiran manusia yang bersifat perolehan (aquired knowledge), tingkat kebenaran nisbi (relative), oleh karena itu  selalu ada kesempatan untuk melakukan kajian ulang, perbaikan, dan pengembangan.
Sedangkan teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan ilmu pengetahuan untuk kemaslahatan dan kenyamanan manusia. Oleh karena itu, penguasaan, pengembangan, dan pendayagunaan IPTEK harus senantiasa berada dalam jalur nilai-nilai keimanan manusia. (Muhibbin dkk, Pendidikan Agama Islam Membangun Karakter Madani: Muhibbin)

d)   Batasan IPTEK dalam Islam
 Dalam perspektif Islam, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, merupakan pengembangan potensi manusia yang telah diberikan oleh Allah berupa akal dan budi. Prestasi gemilang dalam pengembangan IPTEK tidak lebih dari proses sunnatullah, bukan merancang atau menciptakan hukum baru di luar sunnatullah (hukum alam/hukum Allah). Seharusnya temuan-temuan baru di bidang IPTEK membuat manusia semakin mendekatkan diri kepada Allah bukan semakin menjadikannya angkuh dan sombong. (Muhibbin dkk, Pendidikan Agama Islam Membangun Karakter Madani: Muhibbin)

2.      Integrasi Iman, Ilmu, dan Amal
Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.
Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Amal adalah buah dari ilmu.
Dalam pandangan Islam ,antara agama,Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni terdapat hubungan yg harmonis dan dinamis yg terintegrasi dlm suatu sistem yg disebut dinul Islam. Di dalamnya terkandung tiga unsur pokok yaitu akidah,syariah dan akhlak(iman , ilmu&amal shalih).
Islam merupakan ajaran yang sempurna, kesempurnaannya terkandung dalam inti ajarannya .Ada 3 inti ajaran Islam yaitu Iman, Islam dan Ikhsan, ketiga inti ajaran itu disebut Dinul Islam.
Sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur’an;
“Tidakkah kamu perhatikan Allah telah membuat perumpamaan kalimat yg baik(Dinul Islam) seperti sebatang pohon yg baik,akarnya kokoh(menghujam ke bumi)dan cabangnya menjulang ke langit.pohon itu mengeluarkan buahnya setiap musim dg seizin Tuhannya.Allah membuat perumpamaan –perumpamaan itu agar manusia selalu ingat (QS>14;24-25).
Ayat diatas mengindentikkan bahwa Iman adalah akar, Ilmu adalah pohon yg mengeluarkan dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon itu identik dg teknologi dan seni. IPTEK dikembangkan diatas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal saleh bukan kerusakan alam.
(Mansoer, Hamdan dkk. 2004. Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Depag RI.)

3.      Keutamaan dan derajat orang berilmu
Manusia adalah satu-satunya makhluk Allah yang diberi anugerah akal oleh Allah. Oleh karena itu sudah sepantasnya jika manusia berkewajiban untuk menggunakan dan mengoptimalkan potensi dengan sebaik-baiknya.
Al-quran membedakan orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu dalam (QS:39:9), menyatakan : “katakanlah, adakah sama orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang barakallah orang yang dapat menerima pelajaran. Al-quran juga menegaskan dalam (QS.58:11) “bahwa Allah akan mengangkat derajat orang yang berilmu apabila orang tersebut beriman”
Disamping itu Rasullulah SAW banyak memberikan perumpamaan tentang keutamaan orang yang berilmu dengan sabdanya : “carilah ilmu walaupun di negeri china, mencari ilmu itu wajib bagi kaum muslim laki-laki dan perempuan sejak dari ayunan sampai ke liang lahat”.

4.      Tanggung Jawab Ilmuan Terhadap Alam dan Lingkungan
Kemajuan IPTEK tidak dipungkiri telah mengantar manusia kepada kemudahan, efektivitas dan efisiensi hidup. Dengan IPTEK manusia telah mampu meraih apa yang dulu dianggak sebagai suatu yang mustahil.
Namun disisi lain kemajuan IPTEK juga telah membawa akses yang negative dan destruktif yang merugikan dan mengancam kelangsungan hidup umat manusia dan lingkungannya. Dalam (QS. Ar-Rum:45) menyebutkan “telah timbul kerusakan di darat di lautan karena ulah tangan manusia”.
Untuk itu ilmuan memiliki tanggung jawab untuk menjaga kelestarian alam dari kelompok-kelompok perusak (ya’juj dan ma’juj). Ilmuan harus mempunyai tanggung jawab karena diberi amanahAllah untuk berbuat baik terhadap lingkungan.
Ada dua fungsi utama manusia didunia yaitu sebagai “Abdun” (hamba Allah) dan sebagai khalifah Allah di bumi. Esensi dari Abdun adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah. Sedangkan esensi khalifah adalah tanggung jawab terhadap diri sndiri dan alam lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam.
Manusia diciptakan Allah dengan dua kecenderungan yaitu kecenderungan kepada perbuatan fasik kecendurungan kepada ketakwaan. Dalam kontek Abdun manusia menempati posisi kedua sebagai ciptaan allah. Posisi ni memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia untuk taat dan petuh kepada penciptanya.
Fungsi yang kedua sebagai khalifah Allah di bumi, ia mempunyai taggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam dan lingkungannya tempat mereka tinggal. Manusia deberikan kebebasan untuk mengeksplorasi, menggali sumber-seumber daya, serta memanfaatkannya dengan sebesar-besar kemanfaatan.
Dua fungsi diatas merupakan satu-kesatuan yang tidak boleh berpisah, dan simbol dari kedua fungsi tersebut adalah Dzikir dan Fikir.

KESIMPULAN
Perkembangan IPTEK dan seni dalam Islam adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan IPTEK dan seni. Dari uraian di atas dapat dipahami, bahwa peran Islam yang utama dalam perkembangan IPTEK dan seni setidaknya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan IPTEK dan seni. Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang seharusnya dijadikan tolok ukur umat Islam dalam mengaplikasikan IPTEK dan seni.
Untuk itu setiap muslim harus bisa memanfaatkan alam yang ada untuk perkembangan iptek dan seni, tetapi harus tetap menjaga dan tidak merusak yang ada. Yaitu dengan cara mencari ilmu dan mengamalkanya dan tetap berpegang teguh pada syari’at Islam.


*      DAFTAR PUSATAKA
            Muhibbin dkk, Pendidikan Agama Islam Membangun Karakter Madani: Muhibbin
                   Mansoer, Hamdan dkk. 2004. Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Depag RI