IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM
1.
Konsep
IPTEK dan seni dalam Islam
a) Definisi IPTEK
IPTEK
adalah singkatan dari Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni. Menurut filsafat
ilmu, ilmu dan pengetahuan memiliki makna yang berbeda. Ilmu adalah pengetahuan
yang sudah diklasifikasikan, disistematisasi, dan dapat diinterpretasikan sehingga menghasilkan kebenaran objektif dan
dapat diuji ulang secara ilmiah. Dan pengetahuan adalah segala sesuatu yang
diketahui manusia melalui panca indra, intuisi, pengalaman, maupun firasat. (Muhibbin dkk, Pendidikan Agama Islam Membangun Karakter
Madani: Muhibbin)
Sedangkan
definisi teknologi adalah produk ilmu pengetahuan. Teknologi sendiri menjadi
bagian dari kebudayaan dan peradaban (culture of civilitation).
b)
Definisi
Seni
Sementara
itu, Seni dalam teori ekspresi, dikatakan sebagai Art is an expression of human feeling, yaitu suatu pengungkapan
perasaan manusia. (Muhibbin dkk, Pendidikan Agama
Islam Membangun Karakter Madani: Muhibbin)
Seni
merupakan ekspresi jiwa seseorang yang kemudian berkembang menjadi bagian dari
budaya manusia. Seni identik dengan keindahan, sedangkan keindahan yang hakiki
identik dengan kebenaran. Keduanya memiliki kesamaan yaitu keabadian. Menurut
Sabda Nabi, “Innallaha jamilun wa yuhibbul Jamaal”, Allah itu indah dan
menyukai keindahan. (http://rendhyfrastyo.wordpress.com/2011/12/06/ilmu-pengetahuan-teknologi-dan-seni-dalam-islam)
Islam
sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan, sangat mendorong dan
mementingkan umatnya untuk mempelajari, mengamati, memahami dan merenungkan
segala kejadian di alam semesta. Dengan kata lain Islam sangat mementingkan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berbeda
dengan pandangan Barat yang melandasi pengembangan IPTEKnya hanya untuk
mementingkan duniawi, maka Islam mementingkan penguasaan IPTEK untuk menjadi
sarana ibadah atau pengabdian Muslim kepada Allah SWT dan mengembang amanat
Khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka bumi untuk berkhidmat kepada
manusia dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam. Ada lebih dari 800 ayat dalam
Al-Quran yang mementingkan proses perenungan, pemikiran, dan
pengamatan tehadap berbagai gejala alam, untuk di tafakuri dan menjadi bahan
dzikir kepada Allah.
c)
Sumber
Ilmu Pengetahuan
Dalam
pemikiran Islam ada dua sumber ilmu, yang pertama ilmu yang bersumber dari
wahyu Allah yang bersifat abadi (parennial
knowledge) dan tingkat kebenaran mutlak (absolute). Yang kedua adalah ilmu yang bersumber dari akal pikiran
manusia yang bersifat perolehan (aquired
knowledge), tingkat kebenaran nisbi (relative),
oleh karena itu selalu ada kesempatan
untuk melakukan kajian ulang, perbaikan, dan pengembangan.
Sedangkan
teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan ilmu pengetahuan untuk
kemaslahatan dan kenyamanan manusia. Oleh karena itu, penguasaan, pengembangan,
dan pendayagunaan IPTEK harus senantiasa berada dalam jalur nilai-nilai
keimanan manusia. (Muhibbin dkk, Pendidikan Agama
Islam Membangun Karakter Madani: Muhibbin)
d) Batasan IPTEK dalam Islam
Dalam perspektif Islam, ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni, merupakan pengembangan potensi manusia yang telah
diberikan oleh Allah berupa akal dan budi. Prestasi gemilang dalam pengembangan
IPTEK tidak lebih dari proses sunnatullah, bukan merancang atau menciptakan
hukum baru di luar sunnatullah (hukum
alam/hukum Allah). Seharusnya temuan-temuan baru di bidang IPTEK membuat
manusia semakin mendekatkan diri kepada Allah bukan semakin menjadikannya
angkuh dan sombong. (Muhibbin dkk, Pendidikan Agama
Islam Membangun Karakter Madani: Muhibbin)
2.
Integrasi
Iman, Ilmu, dan Amal
Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya.
Sedangkan menurut istilah,
pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan
diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman
kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada
dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu
diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.
Ilmu, sains, atau ilmu
pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai
segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan
rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup
pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Amal adalah buah dari ilmu.
Dalam pandangan Islam ,antara
agama,Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni terdapat hubungan yg harmonis dan dinamis
yg terintegrasi dlm suatu sistem yg disebut dinul Islam. Di dalamnya
terkandung tiga unsur pokok yaitu akidah,syariah dan akhlak(iman ,
ilmu&amal shalih).
Islam
merupakan ajaran yang sempurna, kesempurnaannya terkandung dalam inti ajarannya
.Ada 3 inti ajaran Islam yaitu Iman, Islam dan Ikhsan, ketiga inti ajaran itu
disebut Dinul Islam.
Sebagaimana digambarkan dalam
Al-Qur’an;
“Tidakkah
kamu perhatikan Allah telah membuat perumpamaan kalimat yg baik(Dinul Islam)
seperti sebatang pohon yg baik,akarnya kokoh(menghujam ke bumi)dan cabangnya
menjulang ke langit.pohon itu mengeluarkan buahnya setiap musim dg seizin
Tuhannya.Allah membuat perumpamaan –perumpamaan itu agar manusia selalu ingat (QS>14;24-25).
Ayat
diatas mengindentikkan bahwa Iman adalah akar, Ilmu adalah pohon yg
mengeluarkan dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan amal ibarat
buah dari pohon itu identik dg teknologi dan seni. IPTEK dikembangkan
diatas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal saleh bukan kerusakan
alam.
(Mansoer, Hamdan
dkk. 2004. Materi Instruksional Pendidikan
Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Depag RI.)
3.
Keutamaan
dan derajat orang berilmu
Manusia
adalah satu-satunya makhluk Allah yang diberi anugerah akal oleh Allah. Oleh
karena itu sudah sepantasnya jika manusia berkewajiban untuk menggunakan dan
mengoptimalkan potensi dengan sebaik-baiknya.
Al-quran
membedakan orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu dalam (QS:39:9),
menyatakan : “katakanlah, adakah sama orang yang mengetahui dengan orang yang
tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang barakallah orang yang dapat menerima
pelajaran. Al-quran juga menegaskan dalam (QS.58:11) “bahwa Allah akan
mengangkat derajat orang yang berilmu apabila orang tersebut beriman”
Disamping
itu Rasullulah SAW banyak memberikan perumpamaan tentang keutamaan orang yang
berilmu dengan sabdanya : “carilah ilmu walaupun di negeri china, mencari
ilmu itu wajib bagi kaum muslim laki-laki dan perempuan sejak dari ayunan
sampai ke liang lahat”.
4.
Tanggung
Jawab Ilmuan Terhadap Alam dan Lingkungan
Kemajuan
IPTEK tidak dipungkiri telah mengantar manusia kepada kemudahan, efektivitas
dan efisiensi hidup. Dengan IPTEK manusia telah mampu meraih apa yang dulu
dianggak sebagai suatu yang mustahil.
Namun
disisi lain kemajuan IPTEK juga telah membawa akses yang negative dan
destruktif yang merugikan dan mengancam kelangsungan hidup umat manusia dan
lingkungannya. Dalam (QS. Ar-Rum:45) menyebutkan “telah timbul kerusakan
di darat di lautan karena ulah tangan manusia”.
Untuk
itu ilmuan memiliki tanggung jawab untuk menjaga kelestarian alam dari
kelompok-kelompok perusak (ya’juj dan ma’juj). Ilmuan harus mempunyai tanggung
jawab karena diberi amanahAllah untuk berbuat baik terhadap lingkungan.
Ada dua fungsi
utama manusia didunia yaitu sebagai “Abdun” (hamba Allah) dan sebagai khalifah
Allah di bumi. Esensi dari Abdun adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan
kepada kebenaran dan keadilan Allah. Sedangkan esensi khalifah adalah tanggung
jawab terhadap diri sndiri dan alam lingkungannya, baik lingkungan sosial
maupun lingkungan alam.
Manusia
diciptakan Allah dengan dua kecenderungan yaitu kecenderungan kepada perbuatan
fasik kecendurungan kepada ketakwaan. Dalam kontek Abdun manusia menempati
posisi kedua sebagai ciptaan allah. Posisi ni memiliki konsekuensi adanya
keharusan manusia untuk taat dan petuh kepada penciptanya.
Fungsi yang
kedua sebagai khalifah Allah di bumi, ia mempunyai taggung jawab untuk menjaga
keseimbangan alam dan lingkungannya tempat mereka tinggal. Manusia deberikan
kebebasan untuk mengeksplorasi, menggali sumber-seumber daya, serta
memanfaatkannya dengan sebesar-besar kemanfaatan.
Dua fungsi
diatas merupakan satu-kesatuan yang tidak boleh berpisah, dan simbol dari kedua
fungsi tersebut adalah Dzikir dan Fikir.
KESIMPULAN
Perkembangan
IPTEK dan seni dalam Islam adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk
memperluas, memperdalam, dan mengembangkan IPTEK dan seni. Dari uraian di atas
dapat dipahami, bahwa peran Islam yang utama dalam perkembangan IPTEK dan seni
setidaknya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma
pemikiran dan ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar
penggunaan IPTEK dan seni. Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat (utilitarianisme),
yang seharusnya dijadikan tolok ukur umat Islam dalam mengaplikasikan IPTEK dan
seni.
Untuk
itu setiap muslim harus bisa memanfaatkan alam yang ada untuk perkembangan
iptek dan seni, tetapi harus tetap menjaga dan tidak merusak yang ada. Yaitu
dengan cara mencari ilmu dan mengamalkanya dan tetap berpegang teguh pada
syari’at Islam.
DAFTAR
PUSATAKA
Muhibbin dkk, Pendidikan
Agama Islam Membangun Karakter Madani: Muhibbin
Mansoer, Hamdan dkk.
2004. Materi Instruksional Pendidikan Agama
Islam Di Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Depag RI